Rabu, 03 Maret 2010

KONGGA OWOSE

KONGGA OWOSE:




Pada zaman dahulu kala, di negeri Sorume (kini Kolaka) terjadi
malapetaka yang menghantui penduduk negeri itu. Seekor burung Garuda
(Kongga Owose) setiap hari memakan kerbau hingga lama-kelamaan kerbau
habis dimakannya. Setelah
tidak ada lagi kerbau, burung Garuda itu berganti mencari mangsa
manusia. Setiap me...rasa lapar burung itu turun ke bumi mencari manusia,
menyamba satu per satu. Sejak itu, penduduk merasa resah dan takut,
terutama bila melewati padang luas yang terkenal dengan sebutan padang
luas Bende, tempat lalu lalang penduduk negeri.
Suatu ketika, tersiar kabar bahwa di negeri Solumba (kini Balandete)
ada seorang cerdik pandai berasal dari kahyangan yang bernama
Larumbalangi. Beberapa orang diutus ke negeri Solumba menemui
Larumbalangi dan menceritakan musibah yang terjadi serta meminta
bantuannya. Larumbalangi berpesan agar dibuatkan umpan seorang manusia
yang kuat dan berani, disekeliling orang itu dibuatkan pagar dari bambu
runcing dan tombak. Kembali
ke negeri Sorume, maka para utusan memanggil semua laki-laki yang
berasal dari negeri Sorume dan negeri-negeri lainnya untuk mencari
siapa yang berani dan kuat melawan burung Garuda. Akhirnya mereka
menemukan Tasahea dari negeri Loeya yang cocok dengan pesan
Larumbalangi tadi.
Selanjutnya Tasahea dipasangkan di padang luas Bende. Tak lama kemudian
datanglah Kongga Owose (burung Garuda) mencari mangsa dan menemukan
seorang manusia di padang luas itu. Kongga Owose turun ke bawah akan
menyambar Tasahea, tetapi dengan cekatan Tasahea melemparkan tombaknya
hingga tepat menusuk dada burung Garuda itu. Buung itu kesakitan dan
terbang terkepak-kepak menyemburkan darah. Kongga Owose itu terbang
menuju Pomalaa melewati Torobulu, Amesiu, Malili, Pulang Manjang dan
akhirnya jatuh di atas sebuah gunung.
Setelah tujuh malam burung Kongga Owose itu mati, bangkainya
mengeluarkan bau yang sangat busuk, akibatnya banyak orang yang
menderita sakit perut dan meninggal. Selain itu, sungai-sungai
daun-daun dan kayu mengandung ulat, sehingga banyak pohon yang habis
dimakan ulat dan akibatnya banyak orang yang kelaparan dan meninggal.
Untuk mengatasi musibah itu, mereka kembali menemui Larumbalangi.
Larumbalangi pun berdoa kepada Tuhan memohon agar hujan deras turun.
Doa Larumbalangi terkabul dan turunlah hujan sampai tujuh hari tujuh
malam, sehingga terjadi banjir. Semua ulat dan tulang belulang burung
Garuda hanyut ke sungai dan akhirnya ke laut.
Konon ceritanya, setelah kejadian banjir itu laut di Kolaka banyak ikan
dan batu karangnya. Gunung tempat jatuhnya burung Kongga Owose yang
mati dinamakan gunung Mekongga, artinya tempat matinya burung Kongga
Owose. Sedangkan sungai besar tempat hanyutnya tulang belulang burung
Kongga Owose dinamakan Lamekongga, artinya membawa hanyut tulang burung
Kongga Owose. Kini negeri Sorume dikenal namanya menjadi Mekongga.

Wanita Yang di cintai Suamiku,.......


luangkan waktu sejenak untuk membacax......very touching!? ;)


Kehidupan pernikahan kami awalnya baik2 saja menurutku. Meskipun menjelang pernikahan selalu terjadi konflik, tapi setelah menikah Mario tampak baik dan lebih menuruti apa mauku.

Kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah dia cenderung diam dan pergi kekantornya bekerja sampai subuh, baru pulang kerumah, mandi, kemudian mengantar anak kami sekolah. Tidurnya sangat sedikit, makannya pun sedikit. Aku pikir dia workaholic.

Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja, dan saat dia pulang kerja, itupun kalau aku masih bangun. Karena waktu pacaran dia tidak pernah romantis, aku pikir, memang dia tidak romantis, dan tidak memerlukan hal2 seperti itu sebagai ungkapan sayang.

Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang pergi nonton berdua, bahkan makan berdua diluarpun hampir tidak pernah. Kalau kami makan di meja makan berdua, kami asyik sendiri dengan sendok garpu kami, bukan obrolan yang terdengar, hanya denting piring yang beradu dengan sendok garpu.

Kalau hari libur, dia lebih sering hanya tiduran dikamar, atau main dengan anak2 kami, dia jarang sekali tertawa lepas. Karena dia sangat pendiam, aku menyangka dia memang tidak suka tertawa lepas.

Aku mengira rumah tangga kami baik2 saja selama 8 tahun pernikahan kami. Sampai suatu ketika, disuatu hari yang terik, saat itu suamiku tergolek sakit dirumah sakit, karena jarang makan, dan sering jajan di kantornya, dibanding makan dirumah, dia kena typhoid, dan harus dirawat di RS, karena sampai terjadi perforasi di ususnya. Pada saat dia masih di ICU, seorang perempuan datang menjenguknya. Dia memperkenalkan diri, bernama meisha, temannya Mario saat dulu kulia h.

Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi aku tidak pernah melihat mata yang begitu cantik seperti yang dia miliki. Matanya bersinar indah, penuh kehangatan dan penuh cinta, ketika dia berbicara, seakan2 waktu berhenti berputar dan terpana dengan kalimat2nya yang ringan dan penuh pesona. Setiap orang, laki2 maupun perempuan bahkan mungkin serangga yang lewat, akan jatuh cinta begitu mendengar dia bercerita.

Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario selama mereka kulia h dulu, Meisha bercerita Mario sangat pendiam, sehingga jarang punya teman yang akrab. 5 bulan lalu mereka bertemu, karena ada pekerjaan kantor mereka yang mempertemukan mereka. Meisha yang bekerja di advertising akhirnya bertemu dengan Mario yang sedang membuat iklan untuk perusahaan tempatnya bekerja.

Aku mulai mengingat2 5 bulan lalu ada perubahan yang cukup drastis pada Mario, setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, dan dalam sehari bisa menciumku lebih dari 3x. Dia membelikan aku parfum baru, dan mulai sering tertawa lepas. Tapi disaat lain, dia sering termenung didepan komput erny a. Atau termenung memegang Hp-nya. Kalau aku tanya, dia bilang, ada pekerjaan yang membingungkan.

Suatu saat Meisha pernah datang pada saat Mario sakit dan masih dirawat di RS. Aku sedang memegang sepiring nasi beserta lauknya dengan wajah kesal, karena Mario tidak juga mau aku suapi. Meisha masuk kamar, dan menyapa dengan suara riangnya,

" Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu yang nomor satu ini ? tidak mau makan juga? uhh… dasar anak nakal, sini piringnya, " lalu dia terus mengajak Mario bercerita sambil menyuapi Mario, tiba2 saja sepiring nasi itu sudah habis ditangannya. Dan….aku tidak pernah melihat tatapan penuh cinta yang terpancar dari mata suamiku, seperti siang itu, tidak pernah seumur hidupku yang aku lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun !

Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia membalikkan tubuhnya membelakangi aku saat aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku. Lebih sakit dari rasa sakit setelah operasi caesar ketika aku melahirkan anaknya. Lebih sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan masakan yang aku buat dengan susah payah. Lebih sakit daripada sakit ketika dia tidak pulang kerumah saat ulang tahun perkawinan kami kemarin. Lebih sakit dari rasa sakit ketika dia lebih suka mencumbu komput erny a dibanding aku.

Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat perempuan itu. Meisha begitu manis, dia bisa hadir tiba2, membawakan donat buat anak2, dan membawakan ekrol kesukaanku. Dia mengajakku jalan2, kadang mengajakku nonton. kali lain, dia datang bersama suami dan ke-2 anaknya yang lucu2.

Aku tidak pernah bertanya, apakah suamiku mencintai perempuan berhati bidadari itu? karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang bergejolak dihatinya.

Suatu sore, mendung begitu menyelimuti jakarta, aku tidak pernah menyangka, hatikupun akan mendung, bahkan gerimis kemudian.

Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik berusia 7 tahun, rambutnya keriting ikal dan cerdasnya sama seperti ayahnya. Dia berhasil membuka password email Papa nya, dan memanggilku, " Mama, mau lihat surat papa buat tante Meisha ?"

Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat elektronik itu,

Dear Meisha,

Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang mengisi seluruh relung hatiku, aku tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan pada Rima. Aku mencintai Rima karena kondisi yang mengharuskan aku mencintainya, karena dia ibu dari anak2ku.

Ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh2 mencintainya. Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku memandangmu, tidak ada perasaan rindu yang tidak pernah padam ketika aku tidak menjumpainya. Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaannya. Ketika konflik2 terjadi saat kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku tidak sanggup mengatakan padanya bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari untuk mengisi kekosongan hatiku. Hatiku tetap terasa hampa, meskipun aku menikahinya.

Aku tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta untuknya, seperti ketika cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon2 beringin yang tumbuh kokoh tanpa pernah mendapat siraman dari pemiliknya. Seperti pepohonan di hutan2 belantara yang tidak pernah minta disirami, namun tumbuh dengan lebat secara alami. Itu yang aku rasakan.

Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau sudah menjadi milik orang lain dan aku adalah laki2 yang sangat memegang komitmen pernikahan kami. Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah mengapa, asal aku bisa melihat Rima bahagia dan tertawa, dia bisa mendapatkan segala yang dia inginkan selama aku mampu. Dia boleh mendapatkan seluruh hartaku dan tubuhku, tapi tidak jiwaku dan cintaku, yang hanya aku berikan untukmu. Meskipun ada tembok yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau mengerti, you are the only one in my heart.

yours,

Mario

Mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat. Meskipun baru berusia 7 tahun, dia adalah malaikat jelitaku yang sangat mengerti dan menyayangiku.

Suamiku tidak pernah mencintaiku. Dia tidak pernah bahagia bersamaku. Dia mencintai perempuan lain.

Aku mengumpulkan kekuatanku. Sejak itu, aku menulis surat hampir setiap hari untuk suamiku. Surat itu aku simpan diamplop, dan aku letakkan di lemari bajuku, tidak pernah aku berikan untuknya.

Mobil yang dia berikan untukku aku kembalikan padanya. Aku mengumpulkan tabunganku yang kusimpan dari sisa2 uang belanja, lalu aku belikan motor untuk mengantar dan menjemput anak2ku. Mario merasa heran, karena aku tidak pernah lagi bermanja dan minta dibelikan bermacam2 merek tas dan baju. Aku terpuruk dalam kehancuranku. Aku dulu memintanya menikahiku karena aku malu terlalu lama pacaran, sedangkan teman2ku sudah menikah semua. T erny ata dia memang tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya.

Betapa tidak berharganya aku. Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga seorang perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya ? Kenapa dia tidak mengatakan saja, bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak menginginkan aku ? itu lebih aku hargai daripada dia cuma diam dan mengangguk dan melamarku lalu menikahiku. Betapa malangnya nasibku.

Mario terus menerus sakit2an, dan aku tetap merawatnya dengan setia. Biarlah dia mencintai perempuan itu terus didalam hatinya. Dengan pura2 tidak tahu, aku sudah membuatnya bahagia dengan mencintai perempuan itu. Kebahagiaan Mario adalah kebahagiaanku juga, karena aku akan selalu mencintainya.

**********

Setahun kemudian…

Meisha membuka amplop surat2 itu dengan air mata berlinang. Tanah pemakaman itu masih basah merah dan masih dipenuhi bunga.

" Mario, suamiku….

Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku pertama kali bekerja dikantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku. Aku begitu terpesona padamu yang pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku ketika aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku mencintaimu, dan begitu posesif ingin memilikimu seutuhnya. Aku sering marah, ketika kamu asyik bekerja, dan tidak memperdulikan aku. Aku merasa diatas angin, ketika kamu hanya diam dan menuruti keinginanku… Aku pikir, aku si puteri cantik yang diinginkan banyak pria, telah memenuhi ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku sehingga mau melakukan apa saja untukku…..

Ternyata aku keliru…. aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan kita. Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor dulu yang aku tahu sebenarnya menyukai Mario.

Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata, " kenapa, Rima ? Kenapa kamu mesti cemburu ? dia sudah menikah, dan aku sudah memilihmu menjadi istriku ?"

Aku tidak perduli,dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.

Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku. Engkau tidak pernah bahagia bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku bukanlah wanita yang sempurna yang engkau inginkan.

Istrimu,

Rima"

Di surat yang lain,




"………Kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi sedingin es. Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak pernah melihat cahaya cinta dari matamu untukku, seperti aku melihat cahaya yang penuh cinta itu berpendar dari kedua bola matamu saat memandang Meisha……"

Disurat yang kesekian,

"…….Aku bersumpah, akan membuatmu jatuh cinta padaku.

Aku telah berubah, Mario. Engkau lihat kan, aku tidak lagi marah2 padamu, aku tidak lagi suka membanting2 barang dan berteriak jika emosi. Aku belajar masak, dan selalu kubuatkan masakan yang engkau sukai. Aku tidak lagi boros, dan selalau menabung. Aku tidak lagi suka bertengkar dengan ibumu. Aku selalu tersenyum menyambutmu pulang kerumah. Dan aku selalu meneleponmu, untuk menanyakan sudahkah kekasih hatiku makan siang ini? Aku merawatmu jika engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau aku suapi, aku menungguimu sampai tertidur disamping tempat tidurmu, dirumah sakit saat engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu yang selalu bermasalah…….

Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan tetap berusaha dan menantinya…….."

Meisha menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua mata indahnya… dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu disampingnya.

Disurat terakhir, pagi ini…

"…………..Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9. Tahun lalu engkau tidak pulang kerumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu pulang, karena hari ini aku akan masak, masakan yang paling enak sedunia. Kemarin aku belajar membuatnya dirumah Bude Tati, sampai kehujanan dan basah kuyup, karena waktu pulang hujannya deras sekali, dan aku hanya mengendarai motor.

Saat aku tiba dirumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran dimatamu. Engkau memelukku, dan menyuruhku segera ganti baju supaya tidak sakit.

Tahukah engkau suamiku,

Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita pacaran, dan hampir 9 tahun kita menikah, baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari matamu, inikah tanda2 cinta mulai bersemi dihatimu ?………"

Jelita menatap Meisha, dan bercerita,

" Siang itu Mama menjemputku dengan motornya, dari jauh aku melihat keceriaan diwajah mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya kepadaku. Aku tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari mama seperti siang itu, dia begitu cantik. Meskipun dulu sering marah2 kepadaku, tapi aku selalu menyayanginya. Mama memarkir motornya diseberang jalan, Ketika mama menyeberang jalan, tiba2 mobil itu lewat dari tikungan dengan kecepatan tinggi…… aku tidak sanggup melihatnya terlontar, Tante….. aku melihatnya masih memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak……" Jelita memeluk Meisha dan terisak-isak. Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk merasakan sakit di hatinya, tapi dia sangat dewasa.

Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi pagi. Mario mengirimkan email lagi kemarin malam, dan tadinya aku ingin Rima membacanya.

Dear Meisha,

Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima berbeda, dia tidak lagi marah2 dan selalu berusaha menyenangkan hatiku. Dan tadi, dia pulang dengan tubuh basah kuyup karena kehujanan, aku sangat khawatir dan memeluknya. Tiba2 aku baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki dia. Hatiku mulai bergetar…. Inikah tanda2 aku mulai mencintainya ?

Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau sarankan, Meisha. Dan besok aku akan memberikan surprise untuknya, aku akan membelikan mobil mungil untuknya, supaya dia tidak lagi naik motor kemana-mana. Bukan karena dia ibu dari anak2ku, tapi karena dia belahan jiwaku….

Meisha menatap Mario yang tampak semakin ringkih, yang masih terduduk disamping nisan Rima. Diwajahnya tampak duka yang dalam. Semuanya telah terjadi, Mario.

"Kadang kita baru menyadari mencintai seseorang, ketika seseorang itu telah pergi meninggalkan kita"

Jumat, 26 Februari 2010

Manager Vs Buruh

Pernahkah engkau melihat pekerjaan seorang manager? Duduk di belakang meja menghadap laptop/notebook, menganalisa data, jika ada yang kurang beres hanya menyuruh teamnya untuk mengecek hal itu. Jika ada yang diperlukan tinggal panggil adminnya untuk menyediakan datanya. Fasilitasnya lengkap dengan internet 24 jam, telepon, HP atau BlackBerry dan disediakan mobil plus uang BBM dari perusahaan. Inilah seorang manager. Pekerjaannya ringan dengan gaji tinggi. Di akhir tahun selalu ada bonus tahunan dan di setiap bulan selalu ada insentif bulanan. Wow betapa senangnya. Demikian pula pekerjaan seorang supervisor atau teamleader, duduk manis dan tinggal menunggu laporan harian, mingguan, dan seterusnya dari bawahannya mereka masing-masing.

Tahukah engkau kenapa demikian? karena mereka semua ini, orang-orang pintar ini memiliki ilmu, analisa, dan daya estimasi yang tinggi yang dengannya ia dibanggakan sehingga perusahaan berani menggaji tinggi untuknya. Ia bekerja dengan ilmunya.

Sekarang, pernahkahkah engkau melihat pekerjaan seorang buruh pabrik? kerja banting tulang memeras keringat, pergi pagi pulang malam mengejar target yang sudah ditetapkan untuknya, sibuk mondar mandir, cape, letih, dan terpaksa lembur (bila perlu). Semua dilakukan walau hanya untuk sesuap nasi, dan mencukupi keluarga (bila cukup). Jangan harap ada fasilitas, bisa kerja aja sudah bersyukur. Gaji mereka kecil, itulah sebabnya mereka terkadang masih mencari obyekan di luar dan kalau ada lemburan mereka seneng banget. Makanya mereka jarang di rumah karena kebanyakan kerja diluar dan cari obyekan. Demikian pula kuli, karyawan biasa, dan selainnya. Mereka cape karena disuruh-suruh atasan. Walaupun mereka cape kerja tapi tetap saja gajinya kecil dan masih jauh dari cukup.

Tahukah engkau kenapa demikian? karena mereka semua lebih mengandalkan fisik dalam bekerja, mengandalkan otot dalam rutinitas hariannya. Yang mereka banggakan di hadapan atasanya adalah rajin bekerja dan tidak mengeluh ndak peduli bener atau salah yang penting kelihatan rajin dan semangat. Itulah mereka, para kuli, buruh dan karyawan biasa,

Apa pendapatmu kawan, jika seorang karyawan di sebuah perusahaan tidak menjalankan SOP (Standart Operation Prosedure) perusahaan? Alih-alih mendapatkan gaji tinggi, justru dia dipecat atau disuruh mengundurkan diri karena menyelisihi aturan perusaaan. Ini kehidupan duniawi. Apalagi dalam hal agama Islam, Allah Azza wajalla ndak akan memberikan pahala justru akan beri dia dosa akibat penyimpangan dia dalam agama.

Hal ini tidak kami maksudkan untuk menjunjung tinggi para bos eksekutif ataupun merendahkan para buruh, kuli dan selainnya, bukan. Karena semuanya sama derajatnya di sisi Allah Subhanahu wata'ala, dan yang paling tinggi derajatnya adalah yang paling bertakwa. Tapi ini hanya sekedar perumpamaan saja. Mohon maaf semoga bisa dimaklumi. Wassalam…….